Gunung
Rinjani.. gunung api tertinggi ke dua di Indonesia ini memang mempesona. Medannya yang
berat menyimpan keindahan yang luar biasa. Tak heran banyak yang
menyebutnya gunung dengan pemandangan terindah di Indonesia. Terletak
di Pulau Lombok - Nusa Tenggara Barat, Rinjani menjulang setinggi
3767 mdpl. Dua jalur pendakian yang sering dilalui pendaki adalah
jalur sembalun dan jalur senaru. Namun masih ada jalur lokal lain
yaitu jalur torean yang biasa digunakan penduduk lokal.
Perjalanan menuju Rinjani dimulai dari Aikmel. Aikmel berarti air dingin (aik=air, mel=dingin). Penduduknya ramah, pada waktu itu saya sempat menginap semalam di rumah salah seorang penduduk Aikmel karena kemalaman dan tidak dapat angkot menuju Desa Sembalun.
Perjalanan menuju Rinjani dimulai dari Aikmel. Aikmel berarti air dingin (aik=air, mel=dingin). Penduduknya ramah, pada waktu itu saya sempat menginap semalam di rumah salah seorang penduduk Aikmel karena kemalaman dan tidak dapat angkot menuju Desa Sembalun.
Keesokan paginya
saya dan kawan saya menumpang
mobil bak terbuka pengangkut sayur bergabung dengan penduduk lokal.
Berdua cukup 10ribu. Perjalanan dari Aikmel menuju Desa Sembalun
kurang lebih 1 setengah jam dengan pemandangan hutan dan bukit-bukit
serta Gunung Rinjani.
Sesampainya di Desa Sembalun kami segera
menuju pos lapor untuk mendapatkan ijin.
setelah menyelesaikan urusan perijinan, dimulailah langkah menuju gunung sesungguhnya. Rasanya begitu malas dan berat. Dengan hanya berdua, beban alat dan logistik baik untuk mendaki maupun untuk backpacking sepulang dari Rinjani terasa lebih berat. Masing-masing kami membawa tas carrier full muatan di belakang dan day pack di depan. Karena itu kami sepakat berjalan santai...selow aje coyy...
setelah menyelesaikan urusan perijinan, dimulailah langkah menuju gunung sesungguhnya. Rasanya begitu malas dan berat. Dengan hanya berdua, beban alat dan logistik baik untuk mendaki maupun untuk backpacking sepulang dari Rinjani terasa lebih berat. Masing-masing kami membawa tas carrier full muatan di belakang dan day pack di depan. Karena itu kami sepakat berjalan santai...selow aje coyy...
Dua jam pertama yang terlihat hanya ladang-ladang penduduk sehingga cukup
membuat bosan. Cuaca cukup panas walau di musim hujan. Setelah
melewati batas ladang penduduk, savana terhampat luas di depan mata
lengkap dengan sapi-sapi di bukit-bukit. Menyenangkan
tapi melelahkan karena masih 4 jam'an lagi menuju pos I dengan medan
yang gersang. Sore hari sampai juga di pos I. Segera buka tenda dan
memasak. Waktu kami lagi ngopi, muncul tiga orang pendaki lain. Kami
berkenalan dan mereka pun membuka tenda di sebelah kami. Mereka
adalah pendaki dari Universitas Mataram dan seorang dari Palembang. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan seterusnya
bersama-sama.
Keesokan harinya setelah beristirahatsemalam,
perjalanan dilanjutkan. Sesekali kami beristirahat dan makan snack
atau sekedar duduk. Kami
berjalan selama 3 jam santai hingga akhirnya sampai di kaki bukit
penyiksaan, tepat sebelum tanjakan penyiksaan. Kali ini kami makan
siang dan beristirahat setengah jam. mengingat sudah semakin siang,
kami segera tancap gas mendaki tanjakan yang full track ini. Pengennya
sih gas poll...tapi matahari terik seolah ikut menyengat tenaga
kami...jadi lah kami mendaki sambil saling diam untuk menghemat tenaga. Dari tanjakan ini
terlihat jalur menuju puncak, juga terlihat jalur lain menuju
plawangan yaitu tanjakan penyesalan. Dinamai tanjakan penyesalan
karena jalurnya lebih landai, namun sangat panjang sehingga
seringkali pendaki yang memilih tanjakan itu menyesal. Sedangkan
tanjakan penyiksaan ini relatif lebih singkat, namun sangat menyiksa
seperti namanya. Bukit ini ditumbuhi pepohonan pinus. Setelah 5 jam
berjuang dengan keluh kesah tapi tetap tertawa, sampai juga
kami di plawangan sembalun dan....wuaaauw..Segara Anak terhampar
tepat di bawah sana dengan airnya yang dijamahi sinar mentari
senja.
Kami duduk-duduk sebentar menikmati pemandangan sebelum berkemah. Setelah udara semakin dingin kami mulai bergerak
kembali menuju tampat berkemah. Di tengah perjalanan kami bertemu
pertigaan yang bila ambil lurus menuju puncak, dan bila turun ke
kanan menuju Danau Segara Anak. Kami lurus, dan kurang lebih setengah
jam kami sampai di camp ground. Sayang, malam itu saya demam dan
pusing. Padahal jam 2 pagi sudah harus bangun untuk muncak.
Akhirnya..dengan tidak memaksakan kondisi, saya menahan ego untuk
berangkat puncak esok harinya. jadi hanya teman-teman rombongan Unram
dan beberapa pendaki lain di lokasi yang berangkat ke puncak hari
itu. Kecewa..merasa sudah jauh-jauh tapi nggak muncak. Tapi mendaki
kan bukan sekedar mengejar puncak pikirku. Akhirnya kami bersantai di
pinggir jurang yang sangat dalam. Sambil ngopi-ngopi, bergabung
pendaki lain yang berasal dari Jakarta, Malang, dan dari Jogja. Kami
berkenalan dan bersantai bersama monyet-monyet yang nakal. Beberapa
kali makanan kami dicolong dengan begitu taktisnya oleh sang monyet.
Mereka hendak muncak esok subuh. Terbesit kembali niat untuk muncak.
Akhirnya kami putuskan untuk muncak esok hari. Jadi seharian ini kami
berdua hanya makan, bersantai, main kartu, ngopi, bercengkerama
dengan pendaki lainnya dan menikmati senja yang cantik di tebing
Rinjani dengan pemandangan Segara Anak dan Gunung Agung Bali di
kejauhan. Di dekat pos terakhir ini terdapat sumber air yang
melimpah. Bahkan bisa untuk mandi (tanpa sabun atau bahan pembersih
tentunya) karena ada dua mata air terpisah dalam satu
lokasi.
Keesokan harinya kami bangun pukul 1 pagi. Bersiap-siap
dan makan ringan. Begitu keluar..nyali kami menjadi ciut. Mendung cukup
tebal menggelayut. Anginpun bertiup sedikit kencang. Memang saat itu
musim badai baru dimulai. Dan kebetulan kami dan rombongan yang
mendaftar di hari yang sama adalah pendaki terkahir karena keesokan
harinya pendakian sudah ditutup karena musim badai. Kami pun
berunding, tapi melihat arah angin, sepertinya mendung tidak mengarah
ke puncak namun menjauh. Dengan pertimbangan bila cuaca memburuk kami
akan turun, akhirnya kami putuskan ntuk tetap muncak. Perjalanan di
mulai pukul 2 pagi. Kami menuju plawangan II dengan trek yang masih
ditumbuhi pepohonan. Sial perut kami malah sakit kebelet boker.
Akhrinya kami mencari spot di luar jalur. Kami pun boker bergantian.
Setengah jam kami tertinggal dari rombongan Embah. Setelah melewati
plawangan II, trek mulai berpasir dan berbatu. Mmenga kemiringannya
tidak semiring jalur puncak Semeru, namun jalur puncak Rinjani relatif
lebih panjang, di samping itu dengan ketingga di atas 3700 mdpl angin
lebih kencang dan di kiri kanan berupa jurang yang sangt dalam.
Jurang sisi kiri langsung menuju jalur Sembalun di awal, sedangkan
jurang sisi kanan langsung menuju Segara Anak. Tentunya saya nggak
mau ke Segara Anak lewat sini. Mendung memang menjauh, tapi sayang
sakit perut datang kembali. Membuang setengah jam lagi, kami
bergantian boker. Kali ini susah mencari spot karena jalur cukup
sempit dengan diapit jurang. Akhirnya kami bergantian boker di
pinggir jalur dekat jurang yang agak miring. Haha!! Sungguh
menggelikan buang air besar dengan posisi seperti itu, dengan jongkok tapi satu
kaki meopang lebih panjang karena tempatnya miring, itu belum
ditambah goyangan dari angin puncak yang cukup kencang. Walhasil mau
boker aja cuaapeekk setengah mati bin rempong!
Mendekati puncak medan semakin berpasir dan
berbatu besar. Bila sudah menemui jalan yang menikung, berarti puncak
sudah dekat. Jam setengah 7 pagi kami berhasil tiba di Puncak
Rinjani. Walaupun berkabut di awal, namun udara malah cukup hangat di
puncak dan angin tidak bertiup kencang. Bahkan kami hampir 1 jam di
atas, makan snack, ngopi, dan foto-foto. Setelah puas, kami turun.
Perjalanan turun sangat menyenangkan, saya main prosot-prosotan
seperti waktu turun dari puncak Semeru. Saya menyebutnya main ski
pakai kaki. Dengan pasir yang dalam, cukup memasang kuda-kuda pada
kaki, andalkan tumit, maka kita akan meluncur dengan sendirinya. Tapi
tetap harus waspada, karena kalo kebablasan, ya babalasnya ke
jurang. Saat perjalanan turun, cuaca mulai cerah, kabut menyingkir,
dan terlihat jelas Segara Anak dan Gunung Baru Jari dengan kawahnya
yang mengeluarkan asap.
Setelah 2 setengah jam bersenang-senang dengan
pasir, kami dikejutkan dengan pemandangan di pos terakhir tempat
kami berkemah. Logistik berceceran di mana-mana, begitu juga dengan
pakaian, dan yang membuat emosi, tenda pun sobek di sana sini akibat
cakaran sekelompok monyet. Ingin marah-marah rasanya, logistik yang
tersisa hanya sedikit beras dan kopi. Makanan lain yang beraroma
sudah lenyap. Alat-alat masak, kompor, dan lain-lain tersebar di
pinggir tebing dan di tebing-tebing. Akhirnya dengan kecewa, kami
punguti apa saja yang masih bisa di ambil sampai ke tebing-tebing
yang masih bisa dijangkau. Kami putuskan untuk segera menuju ke
Segara Anak bergabung dnegan pendaki lain yang sudah turun ke sana
kemarin mengingat logistik sudah habs-habisan. Dengan menahan lapar,
kami lanjtkan perjalan turun ke Segara Anak. Seolah ingin ikut
berpartisipasi, awan pun tiba-tiba menurunkan hujan lebat. Jalur
turun yang curam berbatu menjadi semakin licin. Waktu itu kami cukup
ngedrop karena belum makan dan diguyur hujan dengan tas carier yang
basah karena trash bag pun sobek sedangkan mantel saya gunakna untuk
melindungi perlangkapan kamera dan lensa-lensa saya. Lapaaaarr...itu
yang ada di otak saya. Agar tidak bertambah ngedrop, kami bernyanyi
Hujan-nya Utopia sambil tertawa-tawa mengingat kejadian hari
ini. Turun ke bawah jadi lebih lama karena kondisi fisik yang kelaparan. Kurang lebih 6 jam
baru kami sampai di tempat berkemah Segara Anak. Sampai di camp
ground Segara Anak kami disambut dengan minuman hangat. Setelah ganti
pakaian, kami makan sup ikan yang pedas..enak sekali rasanya....^^
Dua hari kami berkemah di Segara Anak. Rasa persaudaraan di antara
kami ber 12 jadi bertambah kuat, semula kami tidak saling kenal.
Karena kondisi, kami saling berbagi, apa saja, makanan, minuman,
rokok, juga berbagi cerita. Sebenarnya saat itu logistik bersama
sudah menipis. Kami mengandalkan memancing di danau untuk mendapatkan
ikan. Bersyukur seharian mancing, kami semua bila ditotal mendapat
sekitar 50 ekor ikan carper dan mujair. Besar-besar pula. Kami pun
pesta ikan, ikan akar, sup ikan dll...kapan lagi di gunung bisa pesta
bakar ikan..Selain memancing, kegiatan yang paling mengasyikan adalah
berendam di Air Kalak, kolam air panas alami dekat sumber mata air.
Wuuiiiiiih...nikmat sekali berndam di air panas sambil menikamati
alam Rinjani. Pegal-pegalpun hilang. Di kolam air panas alami ini
terdapat tiga kolam dengan tingkat suhu berbeda. Ada yang suam-suam
kuku, panas, dan sangat panas. Bahkan ada yang mendidih, tapi bukan
untuk berendam tentunya...
Dua hari berlalu, logistik yang tersisa hanya tinggal bumbu penyedap rasa, mie 3 bungkus untuk keadaan urgent dan rokok lintingan, tidak ada yang lainya. Kami pun turun gunung lewat jalur Senaru. Dari Segara Anak menuju Plawangan Senaru mendaki sekitar 4 jam. Cuaca sesekali hujan. Perjalanan dari Plawangan Senaru menuju pos lapor Senaru kurang lebih 6 jam (melewati pos 3-1 dan beberapa pos bayangan). Di jalur ini banyak ditemui stroberi hutan. O iya di pintu masuk senaru terdapat warung yang menjual berbagai makanan termasuk pisang goreng.. ah..nikmaaaaat..
basecamp - pos I : 6 jam
pos I- pos II : 1 jam
pos II - pos istirahat : 2 jam
pos istirahat - plawangan I : 5 jam full track
plawangan I - pos terakhir : 30 menit
pos terakhir - puncak rinjani : 5 jam
punak - turun pos terakhir : 2-3 jam
pos terakhir - persimpangan : 30 menit
persimpangn - segara anak : 5-6 jam
segara anak - plawangan senaru : 4 jam
plawangan senaru - pintu masuk : 5 jam
pintu masuk - pos lapor senaru : 30 menit
( catatan : lamanya waktu perjalanan tergantung kondisi fisik dan cuaca )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar